Proses Tumbuh Kembang Suatu Kota Menjadi Kota Kreatif
10 September 2023

Ketika saya ngobrol santai bersama teman-teman pelaku dan komunitas ekraf Cianjur, saya selalu mendapatkan poin kesimpulan diskusi yang mereka sampaikan bahwa “industri kreatif di Cianjur belum berkembang dengan baik atau belum sepenuhnya berkembang”. Mereka pun menekankan perlunya konsolidasi dan kolaborasi antara seluruh stakeholder dalam memajukan industri ini. Stakeholder itu adalah pemerintah, akademisi, pelaku ekraf, industri ekraf, komunitas ekraf, dan media.

Yaaa, suka atau tidak, kesimpulan itu mungkin ada benarnya. Karena apa yang diungkapkan oleh teman-teman ekraf Cianjur diatas, saya rasakan sendiri dan pasti menjadi tantangan yang dirasakan pula oleh kota-kota lain selain Cianjur dalam pengembangan industri kreatif.

Setiap kota memiliki keluh kesahnya tersendiri pada pengembangan industri kreatif. Ada yang merasa sisi pemerintah tidak terlalu peduli sehingga yang mendorong perkembangan ekraf adalah pelaku dan komunitasnya sendiri, dan ada pula sebaliknya, pemerintah aktif untuk mendorong perkembangan ekraf tetapi pelaku dan komunitas tidak banyak bergerak karena merasa tidak memiliki kepentingan terhadap perkembangan kota. Atau ada juga yang pemerintah dan para pelaku sudah bersinergis namun keduanya masih berjuang untuk bisa menjadikan ekraf sebagai salah satu sumberdaya yang bisa menambah pundi-pundi pendapatan daerah.

Beragamnya tantangan yang dihadapi oleh para pengembang ekraf disetiap kota atau daerah menggerakan saya untuk mencatat masalah-masalah yang mereka hadapi dan menghubungkannya kedalam tahapan / fase perkembangan.

Walaupun hanya sebuah opini yang berdasarkan pengamatan pribadi, namun pengkategorian ini dirasa cukup penting untuk melihat perkembangan kota dengan cara mengidentifikasi masalah yang dihadapinya. Dari masalah-masalah yang ada lalu saya membagi tumbuh kembang ekraf suatu kota / daerah menjadi lima fase, yaitu: tertinggal, pra-berdaya, berdaya, mandiri, dan mapan.

Proses tumbuh kembang suatu kota menjadi kota kreatif

Tertinggal

Di fase ini mungkin saja ada satu daerah yang tidak melihat ekraf sebagai sektor potensial untuk dikembangkan. Bisa saja karena mungkin daerah tersebut memiliki potensi andalan lain atau ada potensi lain yang lebih dulu mereka berkembang dibanding ekraf, misalkan pertanian, perikanan, pertambangan, dll.

Pra-berdaya

Fase pra-berdaya saya kategorikan dimana suatu daerah sudah tahu potensi ekraf tapi belum tercipta kolaborasi antar stakeholder dan belum teridentifikasinya sub-sektor ekraf unggulan. Walaupun setiap daerah selalu menyatakan bahwa memiliki potensi ekraf, namun terkadang keyakinan itu hanya sekedar asumsi saja. Tidak banyak daerah yang menyebut sebuah potensi dari hasil kajian akademis. Perlu adanya indikator-indikator penilaian untuk menyatakan bahwa satu sub-sektor ekraf itu bisa disebut potensial.

Berdaya

Sepertinya fase ini adalah fase yang ideal bagi suatu daerah untuk mengembangkan ekraf. Ketika sudah terciptanya kolaborasi antar stakeholder dan teridentifikasinya sub-sektor ekraf unggulan maka ini merupakan langkah awal yg baik bagi sebuah kota untuk mengembangkan potensi ekraf.

Mandiri

Fase mandiri merupakan fase berikutnya setelah berdaya. Di fase ini kolaborasi antar stakehorder sudah berjalan secara sinergis dan pengembangan ekraf daerah sudah berdasarkan roadmap yang disusun bersama para stakeholder. Penyusunan roadmap berfungsi sebagai rencana aksi berjangka suatu daerah yang bertujuan untuk kemudahan dan keterpaduan dalam pengembangan potensi kota / daerah berbasis ekraf.

Mapan

Fase terakhir ini menjadi mimpi bagi setiap kota atau daerah dimana potensi ekraf yang dimiliki mencapai puncak sehingga menjadi sumber pendapatan daerah dan memiliki dampak pada citra daerah secara nasional. Di tahun tahun 2019, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menjadi provinsi penyumbang produk domestik bruto (PBD) sektor ekonomi kreatif (ekraf) tertinggi se-Indonesia. Tiga subsektor terbesar dalam menyumbang PDB pada DIY adalah bidang kuliner, kriya dan fashion. Pangsa pasar industri kreatif di DIY mencapai 16,12 persen. Dengan sub-sektor ekraf kuliner, kriya dan fashion membawa DIY ke kancah nasional bahkan internasional.

Dari bahasan tahap perkembangan ekraf suatu daerah diatas, dimanakah fase yang dialami oleh Cianjur untuk saat ini? Tulis pendapat kamu di bagian komentar ya. 🙂

Penulis:
Startup enthusiast, community initiator, technology observer.
Organisasi
Cianjur Creative Network (CCN) adalah jejaring komunitas dan inisiator bagi para penggiat ekonomi kreatif di Kabupaten Cianjur.
© 2015 - 2025 Cianjur Creative Network. Dibuat dengan di Cianjur.