Inilah Rahasia Produk China Yang Menggerus Produk Ekraf Indonesia
29 September 2023

Topik ini saya ambil ketika muncul obrolan seru di satu grup WhatsApp tentang bagaimana caranya supaya produk ekraf lokal bisa melakukan ekspor dan bagaimana cara menghambat masuknya barang-barang impor terlebih dari China dimana produk yang masuk ke Indonesia sangatlah banyak dan murah sehingga dikhawatirkan akan mematikan daya saing dengan produk lokal.

Dari permasalah diatas, saya mencoba untuk sedikit riset sederhana di internet tentang bagaimana pemerintah China membuat kebijakan dalam mendorong pelaku usahanya untuk bisa menguasai pasar dunia. Saya hanya mengambil beberapa poin penting dan menarik seperti dibawah ini:

Subsidi besar dan pajak murah

Barang-barang dari China bisa lebih murah karena adanya subsidi ekspor dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau dalam bahasa Inggris Value Added Tax (VAT) murah. Bagi setiap perusahaan China yang mengekspor barangnya keluar negeri akan mendapatkan insentif pengembalian pajak sebesar 17% dan juga mendapatkan subsidi air maupun listrik sampai 30%. Hal ini tentu menjadikan biaya operasional perusahaan menjadi lebih ringan.

Di situs resmi Badan Standarisasi Nasional menyebutkan bahwa ada sedikitnya 457 produk strategis pemerintah China diketahui mendapatkan fasilitas subsidi ekspor (export VAT rebate) sekitar 9%-17%. Fasilitas subsidi ekspor resmi diberikan China kepada sektor-sektor strategisnya seperti pertanian, perikanan, obat-obatan/farmasi, biomedis, makanan dan minuman olahan, petrokimia, keramik, furnitur, alas kaki, besi dan baja, elektronik, mesin, hingga peralatan komunikasi, dll.

Sejak tahun 2009, sebenarnya pemerintah Indonesia sudah mencurigai bahwa pemberian subsidi para eksportir besar yang dilakukan oleh pemerintah China sebagai bentuk perdagangan yang tidak adil (unfair trade) atau yang disebut predatory pricing / dumping, alasannya karena subsidi dan potongan pajak seperti China tersebut tidak dilakukan oleh pemerintah Indonesia sehingga terjadi ketimpangan harga yang sangat signifikan antara barang impor dari China dengan barang lokal Indonesia sendiri. China memiliki strategi nasional “dumping” dan tidak dilarang oleh WTO.

Untuk menangani praktek dumping maka Indonesia membentuk Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) dengan tugas untuk melakukan penyelidikan dalam rangka menanggulangi dampak akibat dari perdagangan tidak adil yakni praktik dumping (tindakan antidumping) dan praktik subsidi (tindakan imbalan). Walaupun begitu, sepertinya pemerintah Indonesia masih saja kewalahan untuk menghadapi strategi dumping yang dilakukan oleh China.

Bahan baku tersedia secara lokal

Pabrik manufaktur dari China tidak tergantung pada supply chain dari negara lain karena bahan baku produksi sudah tersedia secara berlimpah didalam negeri. Bahan baku mineral, logam, biji plastik, dan tekstil di China semuanya tersedia secara lokal alias dalam negeri mereka. China mampu memproduksi 90% kebutuhan mineral dan logam sebagai bahan baku industri global. Di tahun 2019, China berhasil menjadi produsen plastik terbesar di dunia, bahkan bisa memproduksi sampai 368 juta metrik ton plastik atau setara dengan 31% kebutuhan plastik dunia. Sementara untuk bahan tekstil China menguasai lebih dari 40% produksi tekstil dunia. Karena bahan baku tersedia secara lokal maka biaya produksi menjadi murah dan tidak perlu bergantung dari supply barang luar negeri.

Kebijakan hak cipta yang lemah

Kebijakan hak cipta atau hak kekayaan intelektual di negara China yang tidak ketat membuat para produsen bisa dengan cepat mengadopsi teknologi, desain, atau produk terbaru. Hal ini membuat proses riset, produksi, dan distribusi berjalan dengan sangat cepat. Kebijakan teknologi ini sudah banyak mendapat kritik, namun karena adanya perkembangan teknologi yang sangat cepat dan tidak terbendung maka kebijakan ini menjadi diterima dan justru dipromosikan keseluruh dunia.

Jaringan logistik yang luas

Pemerintah China gencar melakukan pembangunan infrastruktur strategis untuk membangun industrinya, seperti jalan, pelabuhan, dan jalur kereta. Hal ini membuat biaya trasportasi bisa ditekan serendah-rendahnya. Selain itu, China banyak membangun kawasan industri khusus, misalnya untuk produksi mainan mobil-mobilan; pabrik pendukung yang membuat baterai, roda, dan pabrik plastik dibangun berdekatan dalam satu wilayah. Penempatan seperti ini pasti akan menekan biaya transportasi, biaya penyimpanan gudang, dan mencegah terputusnya mata rantai pasokan bahan baku.

Jumlah barang ekspor sangat banyak

Alasan murahnya ongkos kirim dari China ke luar negeri bisa dikarenakan jumlah barang yang datang dari negara China sangat banyak sehingga membanjiri negara tujuan. Dengan volume angkut barang yang banyak dan beragam maka ongkos kirim akan lebih murah.

Penulis:
Startup enthusiast, community initiator, technology observer.
Organisasi
Cianjur Creative Network (CCN) adalah jejaring komunitas dan inisiator bagi para penggiat ekonomi kreatif di Kabupaten Cianjur.
© 2015 - 2025 Cianjur Creative Network. Dibuat dengan di Cianjur.